2006/12/14

Cinta seperti seseorang menunggu bis

Sebuah bis datang, dan kau bilang "wah...terlalu penuh, nggak bisa duduk nih! Aku tunggu bis berikutnya saja."
Kemudian, bis berikutnya datang.
Kamu melihatnya dan berkata,"Aduh bisnya sudah tua dan jelekbegini....nggak mau ah...."
Bis selanjutnya datang, tapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan melewatimu begitu saja.
Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, kondisinya masih bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, gua bisa kepanasan", maka kamu membiarkan bis ketiga pergi.
Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi kuliah. Ketika bis kelima datang, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya.
Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan menuju kampusmu!!!



Moral dari cerita ini, sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar "ideal" untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Tidak ada salahnya memiliki persyaratan untuk "calon", tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada "bis" yang berhenti di depan kita (tentunya dengan jurusan yang kita inginkan). Apabila ternyata memang "bis" itu tidak cocok, kita masih bisa berteriak,"Kiri" dan keluar dari bis. Maka memberi kesempatan pada "bis", semuanya bergantung pada keputusan kita. Daripada kita harus "jalan kaki menuju kampus" dalam arti meneruskan hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.


Cerita ini juga berarti, kalau kita benar-benar menemukan bis yang "kosong,masih baru, dan ber-AC, dan tentunya sejurusan", kita harus berusaha sekuat tenaga untuk memberhentikan bis tersebut dan masuk ke dalamnya, karena menemukan bis seperti itu adalah suatu berkat yang sangat berharga dan sangat berarti tapi tidak semua orang yang mendapatkannya.


Hidup bukan untuk bercinta tetapi cinta membuat kita hidup.
Love cannot endure indifference. It needs to be wanted. Like a lamp, it needs to be fed out of the oil of another's heart, or its flame burns low.

Kunantikan kau...wahai...

Desiran ombak memercik sekuntum mawar
Jutaan pasir putih tertiup angin semilir
Hangatnya menusuk bilik sanubariku...
menyejukkan hati...
Teguhnya mentari memanjat langit timur
Sekejap lembayung senja menyelami ufuk barat
Hati ini turut bertekad akan cita-citanya...
Menjemput sang bidadari...pelipur diri...
Adakah kiranya waktu bersambut

Untuk menjemput bunga harapan...
Melawan datangnya ombak yang mulai menerkam...

Diriku akan tetap berdiri...
Beralaskan pasir pantai dengan air memuncak
Dipayungi atap langit yang mulai renta
Burung-burung pun pergi tanpa pesan

Diriku masih tetap berdiri...
menunggu kembalinya bidadari ....

kokoro kara...

Seiring jalannya waktu
Ku tak mau semuanya berlalu
begitu saja ....
Ungkapan cinta yang terpendam
di lubuk hatiku yang terdalam
takkan bisa kupertahankan
Kali ini ....
Saat ini ...
Detik ini ...
Nyawa ini ...
Jiwa ini ...
Menjadi saksi pelepas rindu
akan cintaku padamu ...
Hangatnya malam menusuk kalbu
Memetik indahnya kemilau bintang
Bermandikan cahaya bulan
bertaburan di langit hatiku
Terkaku hati berujar
Aku merindukan dirimu ....
Rembulan di malam hari..
Sirna akan kecantikan dirimu....
Ditemani cahaya kemilau bintang
Seraya menggumamkan namamu....
Malam sepi bermandikan cahaya bulan
teringat dirimu yang kian mengancam
mengancam hatiku untuk selalu bersamamu...

2006/12/12

kuroi no hi


Mendung menyelimuti hariku, meskipun suasana sekitar berharap untuk cerah. Hilangnya mentari di pelataran siang menambah mendung batinku. Tiada cahaya yang menghangatkan hariku. Hingga saat ini kumencari-cari cahaya yang menuntunku ke jalan yang kuharapkan. Adakah kiranya hari ini akan kutemui seseorang yang mampu kembali menerangiku...menghangatkan hatiku...mengubah senyumku melengkung lebih sempurna....
Cahaya yang kunantikan dari seorang insan yang mampu menghangatkan hatiku, belum nampak ke permukaan....
Adakah yang salah dengan diriku ?
Adakah yang salah dengan sikapku ?
Apakah cahaya itu hendak pergi meninggalkanku ?
dan enggan menghangatkanku ?
Mungkinkah mendung di hari ini pertanda bagi diriku ?
bahwa hariku akan kembali kusam dan gelap ?
Mampukah aku menerangi jalanku tanpa cahayanya yang menerangiku ???

Hidup Ini Sederhana

source: unknown

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.
Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.
Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih dan mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.
Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.
Seorang anak berkata kepada ibunya: "Ibu hari ini sangat cantik."
Ibu menjawab: "Mengapa?"
Anak menjawab: "Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah."
Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: "Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur." Petani menjawab: "Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku."
Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.
Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: "Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?"
Ada yang menjawab: "Cari mulai dari bagian tengah."
Ada pula yang menjawab: "Cari di rerumputan yang cekung ke dalam."
Dan ada yang menjawab: "Cari di rumput yang paling tinggi."
Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: "Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana."
Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: "Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku."
Katak di pinggir jalan menjawab: "Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah."
Beberapa hari kemudian katak "sawah" menjenguk katak "pinggir jalan" dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.
Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira.
Ada yang bertanya: "Mengapa engkau begitu santai?"
Dia menjawab sambil tertawa: "Karena barang bawaan saya sedikit."
Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.